Technopreneurship Bukan Hanya Untuk Generasi Muda

2 comments


Melihat perkembangan technopreneur-technopreneur muda di Indonesia, dari tahun ke tahun terus menunjukan tren yang positif. Bisnis-bisnis baru berbasis teknologi (startup company) banyak bermunculan saat ini. Technopreneur sendiri memang sangat identik dengan kaum muda. Hal ini bisa dilihat dari berbagai ajang maupun program pengembangan technopreneurship yang ditujukan bagi pemuda dengan kisaran usia muda antara 17 hingga 40 tahun-an. Salah satu buktinya adalah “Kompetisi Technopreneurship Pemuda” yang digagas oleh Kementrian Riset dan Teknologi Republik Indonesia pada tahun 2012 lalu.

Tapi bila kita cermati secara lebih teliti, bukankah ajang-ajang tersebut justru memberi kesan bahwa hanya mereka yang masuk kategori “generasi muda” saja yang dapat menjadi seorang technopreneur? Lalu bagaimana para pengusaha kecil dan menengah yang sudah membuka bisnis puluhan tahun, apakah mereka dianggap tidak mampu untuk menjadi technopreneur di masa kini? Sebelumnya, tulisan ini saya buat dengan didasari niat untuk memberi masukan bagi perkembangan technopreneurship di Indonesia dengan mengkritisi fenomena yang ada.


Technopreneur sendiri menurut definisi dari Tim Lab Universitas Kristen Satya Wacana di Salatiga, merupakan “gabungan dari TEKNOLOGI (kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi) dengan KEWIRAUSAHAAN (seseorang/unit yang mampu bekerja sendiri untuk mendatangkan keuntungan melalui proses bisnis/usaha)”. Penerapan teknologi dalam bisnis memungkinkan peningkatan produktivitas, kemudahan serta memberikan nilai tambah pada suatu bisnis.


Jumlah technopreuneur Indonesia sendiri saat ini masih berada di kisaran 0,18 persen dari total 4,8 juta technopreneur yang dibutuhkan dalam setahun. Hal inilah yang mendorong berbagai pihak dari swasta maupun pemerintah gencar mengadakan program pelatihan maupun kompetisi untuk memacu pertumbuhan technopreneur di Indonesia. Sayang, program-program tersebut masih memberikan fokus utama kepada generasi muda. Hal ini tentu bukanlah hal yang salah, karena generasi muda, yaitu yang lahir pada medio 90-an tentu lebih ‘melek’ dan paham dengan berbagai teknologi digital dan tentu lebih mudah mengoperasikannya. Tapi apakah kampanye pengembangan technopreneurship yang ada harus mengesampingkan pemberdayaan kaum ‘tua’ yang sudah terutama mereka para pebisnis ‘tradisional’  di sektor kecil dan mikro (UKM) ?  Hal tersebut  yang menjadi fokus kritik saya bagi berbagai pihak yang peduli terhadap perkembangan technopreneurship di Indonesia.

Para pengusaha senior yang terutama di sektor kecil hingga menengah sangat banyak, mencapai 56.534.592 unit pada tahun 2012 (Departemen Koperasi dan UKM ) dan diperkirakan kurang lebih separuhnya masih bersifat konvensional. Meski para pengusaha yang masuk golongan ‘tua’ ini akan lebih sulit untuk dibiasakan menggunakan teknologi untuk diterapkan pada bisnisnya dibandingkan mereka yang masih muda, tapi tanggung jawab untuk memberi pelatihan dan pengembangan jiwa technopreneurship kepada pelaku–pelaku UKM harus menajdi salah satu prioritas dalam peningkatan daya saing mereka. Hal ini juga menjadi penting terutama bila kita melihat kembali kontribusi UKM yang ada saat menjadi tulang punggung perekonomian bangsa menghadapi krisis ekonomi di tahun 2008 silam.


Melihat tantangan di masa depan yang akan semakin berat apalagi  akan diterapkannya ASEAN Economic Community pada tahun 2015 yang akan menjadi awal dimulainya pasar bebas regional ASEAN, tentu menyiapkan sumber daya manusia dan usaha-usaha lokal agar memiliki daya saing tinggi dengan negara-negara lain di ASEAN mutlak dilaksanakan. Arus barang dan uang akan sangat mengandalkan teknologi karena kegiatannya sudah tidak hanya bersifat lokal, tapi sudah lintas antar negara-negara  ASEAN. Maka pengembangan kapasitastechnopreneurship tidak hanya bagi pengusaha muda yang mendirikan usaha baru, tapi juga bagi para pelaku usaha konvensional yang sudah ada agar dapat beralih menggunakan teknologi yang tepat untuk meningkatkan daya saing bisnisnya menghadapi pesaing-pesaing lain dari kawasan ASEAN pada 2015 kelak.

Tentu mengembangkan kapasitas technopreneurship pada pelaku bisnis yang sudah terbiasa menggunakan metode-metode konvensional akan membutuhkan waktu yang lebih lama dan lebih sulit dibandingkan bila dilakukan pada generasi muda. Namun, sulit bukan berarti tidak mungkin. Manfaat dari pengembangan technopreneurship ini bagi bisnis yang sudah ada tentu menghindarkan para pelaku bisnis dari gulung tikar dan pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran yang sempat terjadi saat diterapkannya ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) pada tahun 2010 silam karena tidak mampu bersaing.

Maka sudah sewajarnya, berbagai pihak bisa memberikan perhatian yang berimbang dalam memberikan pelatihan dan kompetisi untuk mengembangkan technopreneurship bagi generasi muda dan bagi  generasi yang sudah berumur. Karena hakikat technopreneurship bukanlah dominasi satu generasi saja, tapi milik seluruh generasi sebagai alat untuk mempermudah peningkatan serta pertumbuhan ekonomi bangsa melalui kegiatan bisnis yang berbasis teknologi tepat guna. Semoga tulisan ini menjadi inspirasi serta solusi dalam meningkatkan pertumbuhan technopreneur-technopreneur di Indonesia.




                                                                 Disclaimer


I hereby declare that my article entitled “Technopreneurship Bukan Hanya Untuk Generasi Muda”  is a work of its own and has not been submitted in any form to any competition or social media posting. Sources of information derived or quoted from published and unpublished works from other authors mentioned in the text. If I am caught doing plagiarism or any other cheating attempt. I am ready for the consequences, as my winning rights are revoked.

                                                                                                           Bandung, May 2013

                                                                                                               Woka Aditama
 




Referensi










2 comments

rahadian agus s 14 October 2019 at 12:54

Hi every one, here every person is sharing these knowledge, therefore it's nice to read this blog

visit = https://www.ittelkom-sby.ac.id/

rahadian agus s 14 October 2019 at 12:57

semoga banyak enterpreneur muda yang berbakat sehingga dapat menciptakan lapangan kerja

kunjungi = https://www.ittelkom-sby.ac.id/

Post a Comment

Powered by Blogger.