Promoting Gender Equality in Agriculture : A Simple Act For Future Food Security And Economic Welfare #WCY2014

No comment yet



              “Don’t underestimate the details, it can mislead you to find the best solution” 
           - Woka Aditama -
 

The quotes above are coming , rightly after I came back from Canada for attending Youth Agricultural Summit  last year. A week of discussion there about  food insecurity , had open my eyes that a simple issue such as gender equality, could be so impactful to maximize world agricultural productivity. Yes, its not talking about complicated topics such as high - technology for farmers or any scientific Genetically Modified (GMO) who only could be done by particular experts. And today, commemorate International Women’s Day on March 8, I think  it’s a perfect time  to talk about promoting women's role in agriculture.

                                       



The meme above approximately describe the ‘principle’ thing in this article. So if you get lost about the topics, don’t worry.  Just see back on that meme.

Many solutions from worldwide experts and world leaders  have been implemented  to overcome a poverty and increase food security. Mostly of those solutions are focus to developing countries in terms to  increase yields in agricultural production. Because this improvement will make affect in improvement of food security  and at once elevate farmers  economy welfare itself.

But, have it ever cross in your mind that all those great solutions might be a part of problems itself in agriculture?

Pertanian Runtuh, Negara (Bisa) Jatuh

No comment yet
                 
       

Beberapa bulan yang lalu (sebenarnya udah lama banget, ada kali 5 bulan lamanya)  saya terpilih untuk turut serta di dalam sebuah acara internasional di Kanada, membahas isu-isu  pertanian dan pengentasan kelaparan dunia (Untuk kronologis lengkapnya hingga saya bisa berkunjung ke Kanada, akan saya ceritakan di post selanjutnya, ya) . Pengalaman selama disana jujur saja, banyak membuka wawasan sekaligus  “penyadaran” kepada saya mengenai betapa pentingnya sektor pertanian dan peran para petani bagi kelangsungan hidup sebuah bangsa. Kalau boleh saya ibaratkan, pertanian itu punya posisi yang sama pentingnya dengan senjata nuklir. Serius, SENJATA NUKLIR !( Sampai saya Capslock nih).

Technopreneurship Bukan Hanya Untuk Generasi Muda

2 comments


Melihat perkembangan technopreneur-technopreneur muda di Indonesia, dari tahun ke tahun terus menunjukan tren yang positif. Bisnis-bisnis baru berbasis teknologi (startup company) banyak bermunculan saat ini. Technopreneur sendiri memang sangat identik dengan kaum muda. Hal ini bisa dilihat dari berbagai ajang maupun program pengembangan technopreneurship yang ditujukan bagi pemuda dengan kisaran usia muda antara 17 hingga 40 tahun-an. Salah satu buktinya adalah “Kompetisi Technopreneurship Pemuda” yang digagas oleh Kementrian Riset dan Teknologi Republik Indonesia pada tahun 2012 lalu.

Tapi bila kita cermati secara lebih teliti, bukankah ajang-ajang tersebut justru memberi kesan bahwa hanya mereka yang masuk kategori “generasi muda” saja yang dapat menjadi seorang technopreneur? Lalu bagaimana para pengusaha kecil dan menengah yang sudah membuka bisnis puluhan tahun, apakah mereka dianggap tidak mampu untuk menjadi technopreneur di masa kini? Sebelumnya, tulisan ini saya buat dengan didasari niat untuk memberi masukan bagi perkembangan technopreneurship di Indonesia dengan mengkritisi fenomena yang ada.


Technopreneur sendiri menurut definisi dari Tim Lab Universitas Kristen Satya Wacana di Salatiga, merupakan “gabungan dari TEKNOLOGI (kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi) dengan KEWIRAUSAHAAN (seseorang/unit yang mampu bekerja sendiri untuk mendatangkan keuntungan melalui proses bisnis/usaha)”. Penerapan teknologi dalam bisnis memungkinkan peningkatan produktivitas, kemudahan serta memberikan nilai tambah pada suatu bisnis.

Kejutan dari #Kompetiblog2013 Nuffic Neso

No comment yet
Tidak pernah saya menyangka, sehari setelah tulisan saya di-publish oleh panitia #Kompetiblog2013 Neso Indonesia di blog mereka, artikel saya berjudul "Superbus: Inovasi Super Brilian dari Belanda" langsung terpilih sebagai Artikel van de dag (Inggris : Article of the day) untuk tanggal 30 April 2013.


Jujur saja, saya sangat terkejut sekaligus gembira. Mengingat jumlah artikel peserta yang mencapai 100 artikel pada tanggal tersebut, tentu bukanlah hal yang mudah untuk dapat menjadi Artikel van de dag. Sebetulnya saya mengirim 3 artikel untuk kompetisi ini dan tentu tidaklah salah kalau saya berharap, 2 artikel lainnya dapat terpilih sebagai Artikel van de dag di kemudian hari (hhe, boleh dong berharap :D).

Oh iya temen-temen bisa membaca artikel-artikel yang telah terpilih sebagai Artikel van de dag di http://www.nesoindonesia.or.id/info-praktis/kompetiblog/artikel-van-de-dag sekaligus untuk mengetahui, apasih Kompetiblog2013 ini. Jangan lupa untuk membaca dan berkomentar di artikel-artikel saya ya :) Terima Kasih.


Superbus: Inovasi Super Brilian dari Belanda Link: http://kompetiblog2013.wordpress.com/2013/04/29/083-superbus-inovasi-super-brilian-dari-belanda/
Orang Lain Melihat Jalan Raya, Orang Belanda Melihat Sumber Energi Link: http://kompetiblog2013.wordpress.com/2013/04/29/084-orang-lain-melihat-jalan-raya-orang-belanda-melihat-sumber-energi/
I-Cane: Inovasi Yang Berawal dari Niat Mulia Link: http://kompetiblog2013.wordpress.com/2013/04/29/085-i-cane-inovasi-yang-berawal-dari-niat-mulia/




I-Cane : Inovasi Yang Berawal Dari Niat Mulia

No comment yet


Kemajuan teknologi dan inovasi yang tiada henti di Belanda, ternyata tidak mengurangi jiwa sosial dan rasa kepedulian masyarakatnya terhadap sesama, terutama kepada kaum difabel, yaitu mereka yang memiliki keterbatasan dalam hal fisik ataupun mental. 


Monique de Wilt
Masyarakat Belanda sadar bahwa kecanggihan teknologi yang dicapai umat manusia saat ini, banyak yang belum dapat dirasakan oleh kaum difabel karena teknologi-teknologi tersebut belum mengakomodasi keterbatasan yang mereka miliki. Salah satunya terjadi pada kaum tuna netra. Di saat manusia kini sudah dapat menjelajah  ruang angkasa, kaum tuna netra masih harus menggunakan tongkat kayu biasa untuk menuntunnya berjalan. Keprihatinan terhadap hal ini menginspirasi seorang lulusan Delft University of Technology yang juga seorang atlet lompat galah Belanda, Monique de Wilt untuk membangun konsep 
I-Cane.


Logo I-Cane
Interactive Cane atau I-Cane sendiri difokuskan untuk mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh anjing penuntun tuna netra. Anjing penuntun memiliki kemampuan dalam membantu tuna netra menghindari halangan yang ada di jalan, namun tidak mampu untuk mengenali nama lokasi maupun rute yang dilaluinya. Hal ini menarik seorang social entrepreneur, Huub Grooten untuk membantu de Wilt merealisasikan dan mengembangkan I-Cane.

Anjing Penuntun Memiliki Keterbatasan

Penerapkan teknologi tactile arrow pada I-Cane menjadi awal kerjasama mereka berdua. Hal ini juga menandai didirikannya lembaga non-profit , I-Cane Foundation di bawah inisiasi Huub Grooten sendiri yang kemudian menjadi I-Cane Social Technology BV pada 2008 untuk membantu pengembangan, distribusi serta pemasaran I-Cane secara lebih terencana. Tactile arrow sendiri adalah tombol bergerak yang diposisikan pada pegangan tongkat dimana ibu jari berada. Sistem ini memungkinkan untuk memberi petunjuk arah jalan kepada penggunanya untuk menghindari halangan di depan melalui perputaran secara otomatis dari tactile arrow. Teknologi mengandalkan kepekaan indera perasa pada ibu jari penggunanya. 
Simulasi Penggunaan I-Cane


                                                         

Tactile arrow juga terintegrasi dengan inertial sensor (sensor dengan kemampuan pendeteksi gerak) yang berada di bagian depan tongkat yang berfungsi mendeteksi halangan yang ada.

Tampilan I-Cane

Untuk navigasinya, I-Cane dilengkapi dengan sistem Galileo yang jauh lebih akurat daripada menggunakan Global Positioning System(GPS). Ini berguna bagi kaum tuna netra untuk  mengetahui posisi mereka secara tepat, seperti di toko apa dia sedang berada atau sedang berada di rumah nomor berapa posisinya saat itu. Semua informasi dari sistem tersebut akan berupa audio atau suara  yang dapat ditransmisikan pada earphone yang digunakan oleh penggunanya. 

Proyek I-Cane pun mendapat perhatian yang luar biasa dari berbagai institusi penelitian dan perusahaan, baik pemerintah maupun swasta  di Belanda. Dana pengembangan yang mencapai EUR 1.385.600  pun sempat menjadi kendala. Tapi manfaat I-Cane yang amat besar bagi kaum tuna netra di seluruh dunia, nampaknya sukses mengajak banyak pihak ikut serta dalam membiayai serta memberikan bimbingan teknikal untuk pengembangannya. Bahkan pada 2012, I-Cane menjadi salah satu finalis dalam RegioStar Award, sebuah penghargaan bagi karya inovatif di daratan eropa.

Instansi-Instansi Yang Ikut Membiayai Proyek I-Cane
Instansi-Instansi Yang Memberi Bimbingan Teknis Pada Proyek I-Cane
I-Cane telah menjadi sebuah bukti nyata komitmen pemerintah dan masyarakat Belanda dalam menjunjung nilai-nilai Hak Asasi Manusia, terutama kepada kaum difabel. Penghapusan diskriminasi terhadap kaum difabel pun terus dilakukan tidak hanya melalui retorika semata, tetapi juga melalui  pembangunan fasilitas serta inovasi teknologi untuk mempermudah aktivitas mereka. Hal ini tentu membuat kita berkaca diri dan bertanya, apakah Indonesia saat ini sudah mampu memenuhi hak-hak para kaum difabel yang ada? 
 
Referensi

http://www.i-cane.org/en/191
http://home.tudelft.nl/index.php?id=10912&L=1
http://ec.europa.eu/regional_policy/projects/practices/details.cfm?pay=NL&the=85&sto=2452&region=ALL&lan=7&obj=ALL&per=ALL&defL=EN


Powered by Blogger.